Let's think out of the box!
Seorang pemilik perusahaan sepatu ingin meluaskan usahanya dengan membuka cabang disuatu wilayah yang perekonomiannya sedang bertumbuh cukup pesat.
Dia kemudian mengutus seorang pegawai sales and marketing yang sudah bekerja diperusahaannya cukup lama untuk melakukan survei dan promosi sepatu produk perusahaan mereka.
Beberapa waktu kemudian, pegawainya kembali dengan kesimpulan sebagai berikut;
Jangan buang waktu dan biaya untuk kesana lagi.
Kebiasaan orang di sana untuk tidak memakai alas kaki adalah budaya turun temurun.
Bayangkan dari 100 orang yang saya temui, hanya 1 orang yang memakai alas kaki.
Jadi dari 100 orang yang di prospek, kemungkinannya hanya 1 pasang sepatu yang bisa terjual.
Itulah sebabnya penjual sepatu hanya sedikit disana.
Beberapa minggu kemudian, untuk perbandingan si pemilik perusahaan sepatu ini mengirim orang lain yang lebih mudah dan baru beberapa bulan bekerja diperusahaan miliknya.
Seminggu kemudian dia menelpon perusahaanya untuk mengirim sepatu yang sangat banyak. Karena penasaran, managernya meminta dia untuk mengirim laporan alasan pengiriman yang sangat banyak itu. Sales muda ini pun mengirim laporan dengan kesimpulan sebagai berikut;
“ Jangan sia-siakan kesempatan emas ini. Orang di sini banyak yang belum punya sepatu dan sangat sedikit penjual sepatunya. Dari 100 orang yang saya temui, 99 orang belum punya sepatu. Jadi dari 100 orang yang di prospek, kemungkinannya 99 pasang sepatu akan terjual. Itulah sebabnya kita harus segera membuka cabang dan mengirim lebih banyak penjual sepatu kita disini."
Sumber; anonim
Bila anda adalah seorang sales and marketing, anda ingin jadi yang manakah dari kedua orang sales diatas?
Ini bukan semata tentang optimis atau berpikir positif, tapi cara pandang anda terhadap suatu permasalahan.
Cara pandang anda menentukan tindakan dan tindakanmu akan menentukan hasil.
Let’s think out of the box.
Let’s think out of the box.
Semoga bermanfaat!
Baca artikel inspiratif lainnya:
Bosan jadi karyawan? baca ini |
Bila sederhana bisa happy, kenapa dibuat rumit? |
Komentar
Posting Komentar