10 years challenge, bangkit dari keterpurukkan.


Di awal tahun 2019 ini sempat populer di media sosial Facebook tentang 10 years challenge, dimana orang rame-rame posting foto yang 10 tahun lalu kemudian dibandingkan dengan yang kekinian.

Tentunya ada banyak maksud dan tujuan yang berbeda dari postingan tersebut. Ada yang sekedar bernostalgia, ada yang supaya tetap eksis di medsos, ada yang untuk pamer, ada yang untuk jadi pelajaran dan lain - lain.

Bankrut
Ada teman-teman yang bertanya, "Kamu tidak ikut 10 years challenge?". Saya jawab sambil tersenyum, "Tidak ah, 10 tahun lalu saya babak belur, saya jungkir balik untuk sekedar bertahan hidup. Berusaha bangkit dari keterpurukkan alias kebangkrutan".

Ketika yang lain mulai dari nol, kami mulai  dari minus alias dibawah nol. Itu ungkapan saya di masa kesusahan itu dan jadi pelajaran yang sangat berharga bagi saya hingga kini. 

Tidak terasa ungkapan ini sudah jadi bagian di kepalaku selama 10 tahun lebih. Tahun 2009 memang tahun pergumulan saya di mana ada banyak kepahitan yang harus dilewati.

Peristiwa bom Bali pada tanggal 1 October 2005, benar-benar berdampak buruk di berbagai bidang usaha dan kerja di Bali yang secara langsung berdampak buruk juga bagi usaha kami. Butuh waktu yang cukup lama untuk bisa pulih kembali. Mobil, motor, rumah dan segala isinya habis terjual untuk menutup hutang, itupun tidak cukup. 

Di akhir tahun 2007, tepatnya 10 November, saya membawa anak istri pulang kampung kerumah orangtua dengan hati remuk tapi berusaha terlihat tegar dan mulai harapan baru dengan  bekerja lagi sebagai manager di sebuah hotel.

Karena perpindahan tempat tinggal ini, beberapa bulan kemudian saya harus mengajukan berhenti dari tugas kepelayanan saya sebagai seorang pelayan khusus di salah satu gereja di Nusa Dua Bali.

Kebangkrutan bukan hanya merenggut materi tapi juga semangat dan harga diri. Beberapa orang mulai melihat kami dengan cara berbeda. Pasti anda tahu apa artinya, apalagi kalau anda juga pernah mengalaminya. 


Dari tahun 2008 hingga 2010, saya sekeluarga harus berpindah tempat tinggal hingga lima kali untuk cari tempat yang bisa terjangkau kantong.

Satu-satunya harta kami yang tersisa adalah iman pengharapan pada Tuhan Yesus. Terdengar sangat klise tapi itulah faktanya. Tiada hari tanpa doa, bahkan boleh dikata setiap helaan napas ada nama Dia disebut. Doa bersama, baca alkitab dan renungan menjadi kebiasan setiap pagi saya dan keluarga. Anak-anakpun mulai diajarkan memimpin doa "Bapa kami"yang kemudian menjadi kebiasaan mereka hingga sekarang sebelum berangkat sekolah.

Tapi itulah hidup, manusia merencanakan tapi Tuhan menentukan. Setelah bekerja setahun (2008), sayapun kemudian harus berhenti kerja di hotel karena satu dan lain hal. Alhasil rintangan dan beban pergumulan hidup kamipun semakin berat. Permasalahan seakan tidak ada habisnya datang.

Seperti kapal di samudera lepas, hidup kami terombang ambing ditengah badai namun tetap percaya Yesus adalah nahkoda hidup kami. Bersama Dia ada banyak perkara luar biasa yang kami alami karena Dia memang Tuhan yang luar biasa.

Restart; Have a dream and just do it
Memulai dari awal tidak semudah main restart seperti game. Dalam segala keterbatasan, kami mulai berusaha lagi. Awalnya memang hanya sekedar bertahan hidup, yang penting cukup untuk makan.

Tidak ada jalan lain memang, selain memulai lagi dari awal. Kami mungkin babak belur dan tertatih tatih menjalani hidup tapi tidak pernah putus asa. Saya percaya Dia punya rencana yang luar biasa bagi saya sekeluarga dan pasti akan indah pada waktunya. Segala pergumulan yang kami alami adalah cara Tuhan membentuk karakter dan mengubah pola pikir saya.

Walaupun terdengar mustahil dengan kondisi kami diwaktu itu, saya tetap punya impian untuk pulih dari kesusahan ini. Sederet harapan dan rencana kerja tetap di buat dan dikerjakan. Tak terhitung berapa banyak kekecewaan dan kesusahan tapi ada lebih banyak lagi sukacita dan berkat yang didapat.

Dengan bermodalkan pengalaman, pengetahuan dan keberanian, saya mulai menawarkan paket tour ke relasi dan teman - teman travel. Dari tour yang terjual saya mendapatkan modal sedikit demi sedikit untuk menopang usaha kami. Dengan modal seadanya, istri saya juga mulai berjualan aksesoris murah meria di pasar tradisional Tomohon dengan menumpang diemperan toko atau tempat kosong di pasar. Terkadang sambil membawa anak bungsu kami yang masih bayi. Tidak terbayang dibenak saya, istri saya akan melakukan usaha seulet itu. Dia memang wanita yang luar biasa, malaikat penolong yang setia mendampingi saya. Terima kasih Tuhan.

Dipulihkan
Tahun 2019 ini boleh dikata hidup kami tidak serumit 10 tahun lalu, malahan jauh dan jauh lebih  baik lagi dibandingkan sebelum kami bangkrut. Ada banyak sukacita dan berkat yang kami dapatkan. Kami bukan hanya dipulihkan tapi diperbaharui oleh Dia. Cara berpikir dan hidup keseharian jauh berubah, lebih produktif dan bermanfaat bagi orang lain juga.
Posisi kita sekarang ini adalah hasil dari apa yang kita lakukan di masa lalu dan apa yang kita lakukan sekarang akan menentukan posisi kita di masa depan.

Don't give up! jalan hidup yang sukar seringkali adalah guru terbaik kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Do not afraid to have a big dream, karena impian memberikan semangat dan menjadikan kita lebih kreatif. Satu-satunya orang yang bisa membuat perubahan adalah diri kita sendiri.

Trust God, for nothing impossible for Him
Just do it and keep move.

Kunjungi dan gabung di sini;


Baca artikel motivasi yang lain;

Komentar

Top 10 articles

Transit di Changi, Free Singapore tour!

7 Top destinasi epic buat healing di Bedugul Bali

Daftar 6 objek wisata alam terpopuler di kota Tomohon

Harukas 300, gedung tertinggi di Jepang

About me

Transit di Changi Airport Singapore; Daftar tips untuk pejuang gratisan

Kayabuki no Sato: a hidden gem in Kyoto, Osaka!

IDE HEBAT!

Lumba-lumba di pantai Malalayang Manado

3 langkah meraih impian